Keputusan Presiden Joko Widodo, atau yang lebih dikenal dengan Jokowi, untuk tidak menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos tahun ini menuai beragam reaksi. Beberapa pihak menilai bahwa keputusan ini tepat, mengingat situasi yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa keputusan Jokowi ini dapat dianggap sebagai langkah yang tepat.
1. Fokus pada Kebutuhan Rakyat
Salah satu alasan utama mengapa keputusan Jokowi untuk tidak hadir di Forum Davos dinilai tepat adalah fokusnya pada kebutuhan rakyat Indonesia. Sebagai pemimpin negara, tentunya prioritas utama Presiden adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memajukan ekonomi domestik. Dengan tidak hadir di acara internasional tersebut, Jokowi dapat fokus dalam merancang dan menjalankan program-program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Mengoptimalkan Program Pembangunan Nasional
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah melakukan sejumlah program pembangunan nasional yang bertujuan untuk memperkuat infrastruktur dan sektor ekonomi dalam negeri. Keputusan Jokowi untuk tidak menghadiri Forum Davos memungkinkan dirinya dan tim pemerintahannya untuk lebih fokus dalam melaksanakan program-program tersebut. Dengan demikian, diharapkan pembangunan nasional dapat berjalan dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
Mendorong Kemandirian Ekonomi
Keputusan Jokowi ini juga dapat dikaitkan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mendorong kemandirian ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri. Tidak hadir di Forum Davos memberikan Presiden kesempatan untuk memperkuat langkah-langkah yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, meningkatkan kerjasama antara sektor swasta dan publik, serta mendorong investasi dalam negeri.
2. Fokus pada Isu Domestik yang Mendesak
Selain fokus pada kebutuhan rakyat dan pembangunan nasional, keputusan Jokowi untuk tidak menghadiri Forum Davos juga terkait dengan isu-isu domestik yang mendesak yang membutuhkan perhatian lebih dari Presiden. Salah satu contohnya adalah penanganan pandemi COVID-19 yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Dengan tidak menghadiri acara internasional tersebut, Jokowi dapat fokus dalam menjalankan strategi penanganan pandemi, termasuk dalam hal percepatan vaksinasi dan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
Mengatasi Krisis Ekonomi Akibat Pandemi
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi global maupun Indonesia. Keputusan Jokowi untuk tidak menghadiri Forum Davos menunjukkan prioritasnya dalam mengatasi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Presiden dapat lebih fokus dalam merumuskan kebijakan stimulus ekonomi, melindungi pekerja dan pelaku usaha terdampak, serta memperkuat sektor-sektor strategis yang dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional.
3. Mengutamakan Diplomasi Bilateral
Meskipun tidak hadir di Forum Davos, bukan berarti Jokowi mengabaikan kerjasama internasional. Keputusan ini juga dapat dipahami sebagai langkah untuk lebih mengutamakan diplomasi bilateral dengan negara-negara mitra Indonesia. Dengan memanfaatkan waktu yang seharusnya dihabiskan di forum internasional, Presiden dapat melakukan pertemuan bilateral dengan pemimpin negara lain untuk membahas isu-isu penting dan memperkuat hubungan bilateral.
Memperkuat Kerjasama Regional
Selain kerjasama bilateral, keputusan Jokowi ini juga membuka ruang bagi penguatan kerjasama regional. Sebagai anggota G20 dan ASEAN, Indonesia memiliki peran penting dalam memajukan kerjasama politik dan ekonomi di tingkat regional. Ketidakhadiran Presiden di Forum Davos dapat dimaknai sebagai kesempatan untuk memperkuat peran Indonesia dalam berbagai forum regional seperti ASEAN Summit atau East Asia Summit.
Keputusan Jokowi untuk tidak menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos tahun ini tentunya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang. Fokus pada kebutuhan rakyat, isu-isu domestik yang mendesak, serta upaya memperkuat kerjasama internasional melalui diplomasi bilateral dan regional menjadi poin penting dalam alasan di balik keputusan ini. Semoga langkah-langkah yang diambil oleh Presiden dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia.