Falsafah Jawa Soeharto Jokowi
Pengenalan
Falsafah Jawa adalah sistem berpikir dan pandangan hidup yang berasal dari budaya Jawa. Sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan, Indonesia memiliki berbagai tradisi dan filsafat unik yang menjadi landasan bagi pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks politik Indonesia, dua pemimpin yang signifikan adalah Soeharto, mantan Presiden Indonesia, dan Jokowi (Joko Widodo), Presiden saat ini. Artikel ini akan mengungkapkan bagaimana kedua pemimpin ini dihubungkan dengan falsafah Jawa dari perspektifnya masing-masing.
Falsafah Jawa dalam Kepemimpinan Soeharto
Keberadaan Adigang, Adigung, Adiguna
Salah satu prinsip utama dalam falsafah Jawa Soeharto adalah adigang, adigung, adiguna. Konsep ini mencerminkan pentingnya ketertiban (adigang), kekuasaan (adigung), dan kesempurnaan atau keindahan (adiguna) dalam kepemimpinan.
Soeharto dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter yang memegang kekuasaan penuh selama masa jabatannya sebagai presiden. Ia menerapkan adigung dengan tegas untuk mengendalikan pemerintahan secara efisien dan membangun stabilitas politik di Indonesia. Keberadaannya sebagai seorang pemimpin yang kuat dan otoritatif sering kali dianggap oleh para pendukungnya sebagai bentuk adiguna, yaitu kesempurnaan atau keindahan dalam kepemimpinannya.
Pancasila sebagai Panduan Kepemimpinan
Falsafah Jawa Soeharto juga ditekankan dalam pemahamannya atas ideologi nasional, Pancasila. Soeharto menganggap Pancasila sebagai panduan utama dalam kepemimpinannya.
Pancasila merupakan dasar bagi kebijakan politik Soeharto. Ia mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta menekankan pentingnya stabilitas politik dan ekonomi untuk mencapai kemakmuran rakyat. Konsep tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Jawa Soeharto, yang menekankan pentingnya adigang (ketertiban) dan adiguna (kesempurnaan).
Falsafah Jawa dalam Kepemimpinan Jokowi
Kedekatan dengan Rakyat
Falsafah Jawa juga tercermin dalam kepemimpinan Jokowi. Salah satu aspek utama dari falsafah Jawa adalah kedekatan dengan rakyat.
Jokowi dikenal sebagai seorang pemimpin yang dekat dengan rakyat. Ia sering kali terlihat melakukan kunjungan langsung ke daerah-daerah terpencil untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi masyarakat. Pendekatan ini mencerminkan nilai-nilai sosial dalam falsafah Jawa, di mana pemimpin diharapkan untuk peduli dengan kebutuhan rakyat dan bertindak sebagai contoh yang baik.
Pemerintahan yang Bersih dan Efisien
Falsafah Jawa Soeharto juga tercermin dalam upaya Jokowi untuk membangun pemerintahan yang bersih dan efisien.
Jokowi secara aktif mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Ia meluncurkan berbagai program reformasi birokrasi untuk menghilangkan praktik korupsi dan meningkatkan kinerja pemerintahan. Konsep ini sejalan dengan nilai-nilai adigang (ketertiban) dalam falsafah Jawa, di mana pemimpin diharapkan untuk memastikan tata kelola yang baik dalam pemerintahan.
Kesimpulan
Dalam konteks kepemimpinan Indonesia, falsafah Jawa memiliki pengaruh yang kuat pada pandangan hidup dua tokoh signifikan yaitu Soeharto dan Jokowi. Soeharto menekankan pentingnya adigang, adigung, adiguna serta menggunakan Pancasila sebagai panduan kepemimpinannya. Di sisi lain, Jokowi menunjukkan kedekatan dengan rakyat serta upaya membangun pemerintahan yang bersih dan efisien.
Berbagai pemahaman atas falsafah Jawa ini membantu mencerminkan nilai-nilai budaya Indonesia dalam kepemimpinan, sehingga menciptakan arah yang khas untuk jalannya pemerintahan. Falsafah Jawa tetap menjadi bagian penting dari identitas dan pandangan hidup bangsa Indonesia.