Diam Diam, Jokowi Incar Massa Islam
Di tengah kondisi politik yang penuh dengan dinamika, Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi tidak pernah berhenti untuk mengamati dan menjangkau berbagai elemen masyarakat. Salah satu kelompok yang menjadi perhatian utama beliau adalah massa Islam. Di balik sosialisasi kebijakan publik dan upaya memperkuat infrastruktur di Indonesia, Jokowi diam-diam juga membangun hubungan dengan sejumlah tokoh dan lembaga keagamaan dalam upaya mendapatkan dukungan politik dari massa Islam.
Konsolidasi Politik Melalui Keterlibatan Massa Islam
Jokowi mengerti betul bahwa massa Islam merupakan satu kekuatan politik yang signifikan di Indonesia. Berbagai gerakan dan aksi massa yang melibatkan komunitas Muslim telah mampu membuat suatu momentum dalam tuntutan mereka kepada pemerintah. Oleh karena itu, Jokowi merasa penting untuk menjalin hubungan baik dengan kelompok ini agar aspirasi mereka dapat terwujud.
Pertemuan dengan Ulama dan Tokoh Agama
Satu langkah strategis yang dilakukan oleh Jokowi adalah mengadakan pertemuan secara rutin dengan ulama dan tokoh agama di Indonesia. Melalui dialog terbuka ini, presiden berusaha untuk memahami isu-isu yang sedang berkembang di kalangan umat Muslim serta memberikan penjelasan mengenai program-program pemerintah dalam rangka menjawab kekhawatiran mereka.
Pertemuan ini juga memberikan kesempatan bagi Jokowi untuk menjalin kemitraan dengan ulama dan tokoh agama yang memiliki jaringan yang luas dalam komunitas Muslim. Dengan adanya dukungan dari tokoh-tokoh tersebut, Jokowi berharap dapat mengamankan dukungan politik dari massa Islam pada pemilihan umum mendatang.
Menciptakan Kebijakan Pro-Umat Muslim
Jokowi tidak hanya berbicara dan bertemu dengan ulama, tetapi juga melakukan langkah nyata dalam menciptakan kebijakan yang pro-umat muslim. Salah satu contoh terkini adalah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Peraturan ini memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan jamaah haji serta menjaga prinsip-prinsip kesetaraan antara calon jamaah haji laki-laki dan perempuan.
Tindakan lainnya adalah pembebasan biaya penyelenggaraan umrah bagi 10.000 orang masyarakat berpenghasilan rendah. Langkah ini diambil sebagai bentuk konkrit dari upaya pemerintah untuk merespons kebutuhan masyarakat Muslim Indonesia.
Hubungan dengan Gerakan Islam Moderat
Tidak hanya mendapatkan dukungan politik dari massa Islam secara langsung, Jokowi juga membina hubungan yang erat dengan gerakan-gerakan Islam moderat di Indonesia. Gerakan-gerakan ini memiliki visi yang sejalan dengan pemerintah dalam membangun stabilitas politik dan sosial di Indonesia.
Mempromosikan Toleransi dan Keberagaman
Pemerintahan Jokowi secara aktif mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman dalam masyarakat. Hal ini tampak melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan, seperti peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Santri Nasional yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dari berbagai aliran.
Jokowi juga mendukung gerakan interfaith dialogue dengan melibatkan pemimpin agama dari berbagai latar belakang. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia, sehingga massa Islam cenderung mendukung pemerintah dalam menjaga stabilitas nasional.
Tindakan Nyata terhadap Islam Radikal
Seiring dengan pembinaan hubungan positif dengan massa Islam, Jokowi juga tidak tinggal diam dalam menangani gerakan-gerakan ekstremisme atau radikalisme. Pemerintah terus melakukan upaya preventif untuk mengatasi ancaman kelompok-kelompok tersebut demi menjaga keamanan negara.
Dalam mengatasi masalah radikalisme, Jokowi bersandar pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Larangan Organisasi Kemasyarakatan. Pemerintah menggunakan instrumen hukum ini sebagai langkah tegas untuk melarang dan merespons setiap tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi, toleransi, dan kebhinekaan yang dijunjung tinggi oleh Indonesia.
Kritik terhadap Diam-diam Jokowi
Keberhasilan Jokowi dalam mengamankan dukungan massa Islam bukan tanpa kritik. Beberapa kritikus menuduh bahwa strategi ini hanya dilakukan untuk meraih suara dalam pemilihan umum dan tidak mencerminkan komitmen sebenarnya terhadap isu-isu keagamaan.
Kehadiran Islam Politik
Beberapa pengamat politik menyayangkan kemunculan fenomena “Islam Politik” yang terjadi selama pemerintahan Jokowi. Mereka berpendapat bahwa hubungan antara pemerintah dengan massa Islam menjadi politis dan lebih didasarkan pada kepentingan strategis daripada pada komitmen nyata terhadap keadilan sosial dan agama.
Kekhawatiran akan Konservatisme Agama
Sejumlah kalangan juga khawatir bahwa perlakuan khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada massa Islam dapat memperkuat gerakan konservatif di Indonesia. Dalam konteks ini, beberapa upaya reformasi sosial dan perlindungan hak asasi manusia dianggap belum optimal karena takut melanggar norma-norma agama tertentu yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Muslim.
Kesimpulan
Membangun hubungan dengan massa Islam merupakan strategi penting bagi Jokowi dalam mengamankan dukungan politik dari kelompok ini. Melalui pertemuan dengan ulama dan tokoh agama, serta kebijakan pro-umat muslim yang diterbitkan, presiden berharap dapat menjadi pemimpin yang dapat memenuhi aspirasi umat Islam Indonesia.
Selain itu, melalui kerja sama dengan gerakan Islam moderat, pemerintah aktif mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman demi menghindari polarisasi dan konflik sosial. Namun, ada kritik terhadap strategi Jokowi ini yang menilai bahwa hubungan politik dengan massa Islam lebih bersifat instrumental daripada komitmen sejati terhadap isu-isu keagamaan.
Dalam setiap langkahnya, tentunya peran rezim Jokowi dalam menjaga stabilitas politik dan sosial di negara ini sangatlah penting terkait eratnya hubungannya dengan kelompok Islam di Indonesia. Diam-diam Jokowi berusaha menciptakan iklim yang kondusif bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa mengesampingkan identitas dan aspirasi kelompok tertentu.