Kepercayaan kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak maju kembali sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Keberhasilan PDIP dalam mempertahankan posisi Jokowi sebagai pemimpin negara selama dua periode telah menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan publik terhadap partai ini. Oleh karena itu, ketidakhadiran Jokowi pada kontestasi politik mendatang berpotensi menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat.
Tantangan Strategis bagi PDIP
PDIP sebagai partai politik dengan jumlah kursi terbanyak di DPR harus menghadapi tantangan strategis yang kompleks jika ingin mempertahankan popularitas dan kepercayaan publik. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh PDIP:
1. Kehilangan Pemimpin Karismatik
Karisma dan keterlibatan aktif Jokowi dalam mengatasi berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia telah memberikan kontribusi besar terhadap popularitasnya. Ketidakhadirannya pada pemilihan presiden berikutnya dapat menyebabkan PDIP kehilangan kekuatan pendorong utama yang telah berhasil menyatukan basis dukungan partai ini.
2. Penurunan Dukungan dari Masyarakat
Keraguan terhadap kelangsungan kepemimpinan PDIP tanpa Jokowi sebagai calon presiden berpotensi mengakibatkan penurunan dukungan dari masyarakat. Mayoritas pemilih yang sebelumnya mendukung PDIP karena alasan kepemimpinan Jokowi mungkin akan mencari alternatif lain jika dirasa kepercayaan kepada partai ini telah berkurang.
3. Ancaman Pelemahan Kekuatan Koalisi
PDIP telah menjadi kekuatan utama dalam koalisi partai politik pendukung pemerintahan Jokowi. Ketidakhadiran Jokowi sebagai calon presiden berpotensi melemahkan daya tarik PDIP dalam menjaga stabilitas dan kesolidan koalisi politik yang terbentuk. Partai-partai di dalam koalisi mungkin akan mempertimbangkan opsi-opsi politik baru jika melihat kesempatan untuk memperoleh dukungan yang lebih besar dari pemilih.
Dampak Potensial ke atas PDIP
Ketidakhadiran Jokowi pada kontestasi politik mendatang juga dapat memiliki dampak potensial terhadap PDIP:
1. Kehilangan Jabatan Strategis
Tidak adanya posisi presiden yang dipegang oleh kader PDIP dapat mengurangi pengaruh partai ini dalam menentukan arah kebijakan pemerintah maupun distribusi anggaran negara. Jabatan-jabatan strategis seperti menteri, kepala lembaga negara, atau bupati/wali kota yang biasanya diisi oleh kader-kader PDIP juga akan berpotensi berpindah tangan ke partai-partai politik lain dalam koalisi.
2. Pembelahan Internal dalam PDIP
Masalah kepemimpinan dan visi partai dapat memunculkan perselisihan antara fraksi-fraksi yang ada di PDIP. Sebagai contoh, kelompok-kelompok yang mendukung Jokowi untuk maju kembali sebagai calon presiden mungkin akan memperebutkan kendali partai dengan kelompok-kelompok lain yang mencari pemimpin baru. Pembelahan internal semacam ini kemungkinan akan mengurangi kekompakan dan keefektifan PDIP sebagai partai politik.
Strategi yang Harus Dilakukan oleh PDIP
Untuk menghadapi tantangan tersebut, PDIP perlu menerapkan strategi-strategi berikut:
1. Mencari Calon Presiden yang Karismatik
PDIP harus mencari sosok calon presiden yang memiliki karisma dan kemampuan untuk meneruskan program-program pemerintahan Jokowi. Keberhasilan mencari kandidat potensial dengan kualitas kepemimpinan yang kuat akan membantu mempertahankan popularitas dan kepercayaan publik terhadap PDIP.
2. Penguatan Basis Dukungan Partai
PDIP harus aktif melakukan pendekatan kepada pemilihnya, terutama mereka yang sebelumnya mendukung Jokowi karena kepemimpinannya. Berkomunikasi langsung dengan basis dukungan dan tetap menjalin interaksi dengan mereka melalui pertemuan-pertemuan, kampanye, dan kegiatan-kegiatan lain akan membantu mempertahankan popularitas partai.
3. Perkuat Kerjasama dengan Partai Koalisi
PDIP harus meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan partai-partai koalisi dalam menjaga stabilitas dan kesolidan politik. Penguatan kerjasama ini penting untuk memastikan dukungan dan kelangsungan pemerintahan yang dibutuhkan PDIP dalam menjaga stabilitas politik.
4. Menghadapi Pembelahan Internal
PDIP harus menangani perbedaan pendapat dalam partai secara bijaksana dan fleksibel. Memperkuat mekanisme musyawarah dan menempatkan kepentingan partai di atas segala kepentingan individu atau kelompok akan membantu menjaga kekompakan PDIP sebagai institusi politik yang kuat.
Dalam menghadapi masa depan tanpa Jokowi sebagai calon presiden, PDIP perlu melakukan adaptasi strategis yang mendalam. Kepercayaan kepada partai ini akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk menghadapi tantangan strategis, merumuskan strategi-strategi yang efektif, serta tetap relevan dengan dinamika politik di Indonesia.