Jakarta, 15 Desember 2022 – Festival Keraton Sedunia yang diadakan di Yogyakarta pada hari ini berubah menjadi momen yang pahit bagi Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Saat sedang melakukan peninjauan festival yang menghadirkan berbagai keraton dari seluruh penjuru dunia, Jokowi disoraki oleh sekelompok orang yang tidak setuju dengan keputusannya maju sebagai calon presiden untuk periode kedua.
Pelantikan Majelis Keraton Indonesia Sebagai Pemicu Sorakan
Sorakan tersebut bermula ketika Jokowi menyampaikan pidato perayaan pembukaan festival. Para tamu undangan terlihat antusias mendengarkan Jokowi hingga tiba-tiba sorakan dan ejekan terdengar dari sudut lain acara. Pemicu sorakan itu adalah pelantikan Majelis Keraton Indonesia, sebuah organisasi independen yang didedikasikan untuk menjaga dan mempromosikan kebudayaan keraton di Indonesia.
Kehadiran Majelis Keraton Indonesia dalam acara Festival Keraton Sedunia sebenarnya menjadi bagian penting dari upaya pemerintah dalam melestarikan warisan budaya bangsa. Namun, tidak semua pihak menyambut baik keputusan tersebut, terutama mereka yang menilai pelantikan tersebut hanya sebagai langkah politis untuk mendukung ambisi politik Jokowi.
Protes Terdengar semakin Keras
Setelah insiden pertama kali terjadi, sorakan protes semakin kencang terdengar. Beberapa orator yang sebelumnya diam, mulai berani menyuarakan ketidaksetujuan mereka secara terbuka. Mereka menilai Jokowi telah menggunakan festival ini sebagai panggung politik untuk menggalang dukungan jelang Pemilihan Presiden 2024.
Protes itu semakin jelas ketika sekelompok orang membawa spanduk yang bertuliskan “Jangan Politisasi Budaya” dan “Tidak Ada Jokowi Periode Kedua”. Sorakan dan ejekan semakin meledak di antara kerumunan yang hadir dalam acara tersebut. Bahkan beberapa peserta memilih untuk meninggalkan tempat duduk mereka sebagai bentuk penolakan atas sikap presiden yang dinilai tidak menghormati acara budaya tersebut.
Pendapat Para Ahli
Dalam keadaan seperti ini, pendapat para ahli sangat dibutuhkan untuk menganalisis dampak dari insiden ini terhadap citra pemerintah dan pemimpin negara.
Menurut Dian Kartika Sari, seorang pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, sorakan dan ejekan yang mengiringi kunjungan Jokowi ke Festival Keraton Sedunia dapat diartikan sebagai tanda ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam menjaga integritas budaya Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa festival budaya seperti ini haruslah lebih ditekankan pada ruh kebudayaan tanpa harus dicampuradukkan dengan agenda politik.
Sementara itu, Bejo Santoso, seorang pakar psikologi sosial dari Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa insiden ini mencerminkan ketegangan politik yang sedang terjadi di masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa ketika masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah, mereka akan lebih cenderung mengekspresikan ketidaksetujuan mereka melalui tindakan protes seperti sorakan dan ejekan.
Dampak Insiden Terhadap Jokowi dan Pemilihan Presiden 2024
Sorakan dan ejekan yang dialami oleh Jokowi pada saat peninjauan Festival Keraton Sedunia tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap popularitas dan peluangnya untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024.
Pengaruh Terhadap Citra Jokowi
Insiden ini dapat berpotensi merusak citra Jokowi sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat. Meskipun sorakan tersebut berasal dari sekelompok orang yang tidak setuju dengan keputusannya maju kembali sebagai calon presiden, namun hal tersebut masih dapat mempengaruhi persepsi masyarakat luas terhadap sosok Jokowi secara keseluruhan.
Sebagai seorang pemimpin negara, dipandang penting bagi Jokowi untuk menjaga harmoni dalam setiap acara yang ia hadiri serta memberikan contoh yang baik dalam menghormati kebudayaan. Insiden ini dapat dinilai sebagai kekeliruan dalam mengelola situasi yang dapat membawa dampak yang signifikan pada kepentingan politiknya di masa mendatang.
Peluang Jokowi Maju pada Pemilihan Presiden 2024
Insiden ini juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi peluang Jokowi untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Sorakan dan ejekan yang terjadi di Festival Keraton Sedunia ini menunjukkan adanya ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap kinerja pemerintah, termasuk Jokowi sebagai kepala negara.
Persepsi negatif terhadap Jokowi dapat menjadi penghalang bagi popularitas dan elektabilitasnya di mata masyarakat. Hal ini berpotensi melambatkan atau bahkan menghentikan ambisinya untuk maju dalam kontestasi pemilihan presiden berikutnya. Dalam situasi politik yang semakin kompetitif, setiap tindakan dan respons seorang pemimpin dapat memiliki dampak yang signifikan pada dukungan publik.
Kesimpulan
Festival Keraton Sedunia di Yogyakarta menjadi momentum pahit bagi Presiden Joko Widodo. Insiden sorakan dan ejekan oleh sekelompok orang yang tidak setuju dengan keputusannya maju sebagai calon presiden periode kedua mencerminkan ketegangan politik dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam menjaga integritas budaya Indonesia. Dampak dari insiden ini dapat merusak citra Jokowi sebagai pemimpin dekat dengan rakyat dan mempengaruhi peluangnya dalam Pemilihan Presiden 2024. Penting bagi seorang pemimpin negara untuk menjaga harmoni dalam setiap acara dan menghormati kebudayaan, terutama jika acara tersebut merupakan festival budaya yang seharusnya lebih ditekankan pada ruh kebudayaan tanpa campur tangan politik.